Jakarta – Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa meminta semua pihak bijak dalam menyikapi puisi kontroversial Sukmawati Soekarnoputri.
Willy juga menghimbau para pihak yang merasa tersinggung dengan Puisi ‘Ibu Indonesia ‘menerima permintaan maaf‎ Sukmawati Soekarnoputri. Selain itu, pihaknya menghimbau tidak ada gerakan aksi turun kejalan yang berpotensi menimbulkan kegaduhan.
“Umat Islam bijak dalam menyikapi segala hal. Kalau sudah minta maaf ya sebaiknya dimaafkan,” kata dia, hari ini.
“Sukmawati sudah menyesali perbuatannya, apalagi Ketua MUI juga menyatakan agar umat Islam memaafkan. Jadi jangan menghujat lagi apalagi aksi turun kejalan desak proses hukum Sukmawati,” ujarnya.
Lebih lanjut, Willy berpesan agar para pihak yang masih ngotot menggelar aksinya besok di Bareskrim untuk tidak membuat gaduh suasana lagi. Dia pun tak ingin fenomena aksi besok digoreng dan dipolitisir agar suasana jelang Pilkada Serentak dan Pilpres 2019 tensinya semakin memanas.
“Ini seolah-olah ada grand desaign dan berbarengan agar tensi memanas dengan embel-embel jihad. Apalagi berbarengan dengan viral #2019 ganti Presiden, ini kebetulan atau memang disengaja biar sumbunya semakin cepat,” jelasnya.
“Modus menjaga spirit 212, agar suasana menjadi rame lagi,” kata dia lagi.
Willy berharap aksi besok tidak ditunggangi dan menjauhkan persepsi agama dijadikan komoditas politik. Willy menyayangkan jika hal demikian terjadi, sebab aksi mengatasnamakan bela aksi bela Islam “64” justru menjadi blunder bagi mereka.
“Lama-lama orang jadi antipati, dikit-dikit tuntut. Sebaiknya perkuat ukhuwah wathoniyah, Sukmawati itu perlu dituntun bukan di tuntut,” bebernya.
Lebih jauh, Willy mengingatkan kepada umat Islam agar tidak terjebak dengan permainan begundal politikus yang menginginkan negeri ini menjadi tidak aman.
“Waspadai operasi intelijen yang inginkan negeri ini tidak aman,” tuturnya.
Dia menambahkan bahwa Islam adalah agama Rahmatan lilalamin (Agama yang menebar kasih sayang untuk seluruh alam). Tidak ada ajaran kebencian dan permusuhan dalam agama Islam, sekali lagi tidak ada.
“Hal ini dapat dilihat dari sikap dan perilaku Rasullullah Saw yang senantiasa memaafkan. Dengan cinta kasih yang tulus akan mampu menghapus rasa kebencian dan hasut satu sama lain, dan pada akhirnya akan melahirkan sikap cinta dan kasih sayang antar satu sama lain,” pungkasnya.