Diskusi GPMI Ingatkan Bahaya Hoax Pemilu, Jangan Ikut Sebarkan Demi Jaga Persatuan Indonesia

oleh -1114 Dilihat

Jakarta – Hoaks dan ujaran kebencian menjadi salah satu ancaman yang harus diwaspadai menjelang Pemilu 2024. Hal ini yang disoroti oleh Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI).

Ketua Umum GPMI, Syarief Hidayatulloh mengatakan bahwa hoaks harus dihadang semaksimal mungkin agar tidak menyebar dan mereduksi persatuan dan kesatuan bangsa.

“Tema ini sudah menjadi sosialisasi saya secara faktual di lapangan. Saya sempat kaget tiap hari berseliweran tiap hari, misal antar calon saling adu dan fitnah. Hoaks ini bisa memecah belah bangsa dan negara seperti 2019 lalu ada cebong kampret,” Syarief dalam diskusi yang bertemakan “Ciptakan Pemilu 2024 yang Sejuk : Tanpa Hoax, Ujaran Kebencian dan Sara” yang diselenggarakan oleh GPMI dan Tribunrakyat.com di Serasa Kuphi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (13/10).

Menurut dia, saat ini hoaks semakin besar masif karena mudahnya akses penyebaran, salah satunya adalah media sosial. Syarif mengatakan bahwa kalangan masyarakat kelas bawah pun sudah banyak yang memiliki akses ke sosial media baik Twitter, Instagram maupun TikTok. Platform-platform ini lah yang harus diwaspadai oleh semua pihak, termasuk kaum muda Indonesia yang cenderung melek literasi digital.

“Masyarakat kita dari tukang ayam dan sebagainya sudah main IG, main Twitter. Kita usahakan semua steril. Siapa yang bisa mengondisikan situasi ini ya kita semua, bukan pemerintah. Kita harus bisa sosialisasikan soal hoaks ini ke semua kalangan,” ujarnya.

“Dari teman-teman dan kelompok kecil ini harus kita masifkan. Agar orang-orang ini bisa menciptakan situasi kondusif di tingkat RT sampai RW,” sambung Syarief.

Selain kaum muda, tokoh masyarakat dan alim ulama juga harus ikut berperan aktif dalam memberikan pemahaman akan bahaya hoak dan ujaran kebencian yang tersebar di masyarakat. Mereka adalah kalangan yang dianggapnya juga sangat efektif untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat soal kesadaran literasi digital dan antisipasi hoaks serta ujaran kebencian, khususnya dalam konteks pemilu.

“Kita harap para tokoh, ulama, habaib dan aktivis masyarakat untuk membantuk sosialisasikan anti hoaks di kalangan masyarakat dan umatnya,” tutur Syarief.

Ia menekankan bahwa memerangi ujaran kebencian dan hoaks ini bertujuan agar pemilu 2024 bisa berjalan dengan aman, damai dan kondusif.

Serta ia menyarankan agar pemerintah ikut memastikan pemilu damai, yakni dengan memastikan kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi. Karena ketika kebutuhan mereka tak terpenuhi dengan baik maka masyarakat akan mudah sekali diadudomba dan dibuat chaos.

“Yang utama agar pemilu damai, jangan kirim rice cooker, tapi yang mau dimasak mana, nggak ada, berasnya mana, ubinya mana?. Jadi yang diharapkan itu bahan sembako, itu yang penting.

Hal senada juga disampaikan oleh pengamat politik dari Rumah Politik Indonesia, Fernando eMas. Ia mengingatkan bahwa hoaks dan ujaran kebencian bisa memicu perpecahan dan permusuhan di kalangan masyarakat, salah satunya adalah polarisasi yang telah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak beberapa pemilu yang sudah berlalu.

“Yang berbahaya itu hoaks dan ujaran kebencian, yang perlu disikapi dan diantisipasi sehingga negara kita harus tetap aman damai,” kata Fernando.

Ia mengingatkan kepada para elite dan tim sukses pemenangan agar mengedepankan adu argumentasi gagasan kepemimpinan dalam pertarungan politik elektoral, jangan mengedepankan sentimen perasaan hingga memicu perpecahan.

“Karena pemilu harusnya beradu argumen, program dan gagasan tanpa harus membuat sesama bermusuhan dan antarkita bertikai. Pemilu itu hanya 5 tahunan dan jangan kita rusak dengan hoaks dan ujaran kebencian, karena daya rusaknya tidak hanya 5 tahun tapi bisa bertahun-tahun,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, pegiat media sosial Darmansyah memberikan saran kepada masyarakat agar mengecek sumber informasi yang mereka dapat. Ketika itu bersumber dari platform atau akun yang tidak jelas validitasnya, maka jangan pernah memberikan reaksi apalagi ikut menyebarluaskan.

“Untuk memutus hoaks dan ujaran kebencian di media sosial, ya kita sebagai pengguna media sosial jangan ikut menyebarkan. Kecuali berasal dari media terkonfirmasi atau resmi dan tim pemenangan,” kata pria yang karib disapa Gus Dar itu.

Terakhir, ia pun mengingatkan juga bahwa hoaks dan ujaran kebencian adalah sesuatu yang sangat berbahaya khususnya dalam konteks pemilu. Bahaya ini adalah terkait dengan persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia.

“Yang penting jangan membuat hoaks yang bisa memecah belah dan memicu pertikaian yang sangat besar,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.