Takmir Masjid se Jabodetabek Deklarasikan Cegah Politisasi Masjid

oleh -356 Dilihat

Jakarta – Gerakan tolak politik praktis masuk Masjid kian mewabah. Bahkan di pusat Kota DKI Jakarta lokasi yang pernah digelar acara Gerakan Subuh Berjamaah yakni Masjid Sunda Kelapa Menteng itu tak luput jadi acara Deklarasi “Cegah Politisasi Masjid” yang diinisiasi Ratusan Takmir Masjid se Jabodetabek.

Mereka kompak menyerukan mencegah oknum yang memfungsikan Masjid dari unsur Politik praktis dan mengutamakan fungsi Masjid untuk tempat beribadah kepada Allah SWT.

“Mari menjadikan Masjid sebagai sarana untuk mempersatukan umat, bukan dijadikan sarana memecah belah umat dan memperuncing perbedaan,” ungkap perwakilan Takmir Masjid se Jabodetabek Ustadz Khudori, Kamis (15/3/2018).

Ustadz Khudori mengingatkan agar menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan dan menjadikan mimbar-mimbar Masjid sebagai media untuk menyampaikan dakwah atau ajakan menjalankan ajaran agama secara sejuk dan damai, menerima perbedaan dan saling menjunjung toleransi, bukan caci maki, ujaran kebencian dan ajakan permusuhan.

“Mencegah masuknya Khotib dan Penceramah Masjid yang berpaham radikal, takfiri, ujaran kebencian, intoleran dan anti Pancasila,” ujarnya.

Ditempat yang sama Mantan Panglima Pasukan Berani Mati Gus Dur Gus Nuril Arifin meminta kepada Takmir Masjid dan para jamaah yang hadir untuk tidak menggunakan Masjid sebagai ajang kepentingan politik praktis, partisan dan jual beli suara.

“Ke Masjid jangan digunakan untuk kepentingan politik praktis dan partisan,” ucap Gus Nuril.

Pengasuh Pondok Pesantren Soko Tunggal Semarang itu menyayangkan jika masjid yang merupakan tempat mulia itu disalah artikan fungsinya. Dia berharap di tahun politik ini, Masjid tidak lagi sebagai tempat berkampanye politik.

“Mari belajar dewasa, bersikap patriot hilangkan ego. Ketika Politik, Pilkada, dan Pilpres berjalan maka masuklah ke Masjid dan tenangkan hatimu. Masjid untuk tentramin hati bukan bakar setan dalam tubuh kita,” paparnya.

“Ke Masjid itu mau ketemu Allah apa ketemu calon Gubernur atau calon Presiden,” sindir Gus Nuril.

Sementara itu, Ketua Forum Rembuk Masjid Indonesia (Formasi) KH Sholeh Marzuki menyerukan kepada seluruh umat Islam khususnya takmir masjid agar menjaga suasana tempat ibadah tidak dijajah oleh kelompok-kelompok tertentu yang memiliki agenda politik praktis, apalagi sampai ingin memecah belah umat.

“Para DKM dan Takmir Masjid menyerukan agar masjid jangan dikotori oleh oknum yang mempunyai kepentingan sesaat hanya mencari suara dengan menguasai masjid,” kata pria yang karib disapa Gus Sholeh.

Lebih lanjut, Gus Sholeh tidak bisa membantah bahwa fenomena di tahun Pilkada Serentak dibarengi Pilpres ini akan bermunculan kepentingan masuk ke berbagai elemen termasuk tempat suci dan mulia yaitu Masjid.

“Janganlah masjid dijadikan tempat untuk mengamankan suara yang ujung-ujungnya menjelekkan kelompok sana kelompok sini,” tegasnya.

Sementara terkait dengan gerakan keagamaan seperti Sholat Subuh dan Sholat-sholat lainnya yang dikemas untuk membungkus agenda politik praktis juga tak luput menjadi perhatiannya. Gus Sholeh menekankan bahwa gerakan Sholat Subuh adalah gerakan yang sangat positif, namun jika disusupi dengan agenda politik yang menjelekkan kelompok atau personal tertentu, hal ini yang menjadi persoalannya.

“Gerakan sholat subuh atau tarawih kan esensinya positif, tapi kalau ada ceramah-ceramah yang ada indikasi negatif dan memecah belah umat, itu yang salah. Jika demikian sebaiknya cepat bertaubat dan dapat hidayah,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.