Jakarta – Aktivis senior Sri Bintang Pamungkas kembali menyebut pentolan PAN Amien Rais sosok yang pintar dan ahli berbicara. Sehingga kalimat-kalimat yang kerap terlontar dari Amien Rais langsung viral dan ditangkap sebagai omongan yang hebat oleh masyarakat.
“Dia pintar bicara,” tegas Sri Bintang, hari ini.
Dia mencontohkan seperti istilah partai setan. “Itu adalah sebuah keahlian,” ujarnya.
Akibat viral pernyataan Sri Bintang yang menyebut Amien Rais pengkhianat, dan kemudian PAN berbalik menyebutnya sebagai pecundang, cari panggung, dsb, Sri Bintang mengaku tak mempermasalahkan.
“Oh no problem. Aku punya banyak julukan. Saya bukan orang yang cari kedudukan. Jadi enggak apa-apa,” kata dia.
Menurut dia, reformasi adalah tentang perbaikan sosial, politik dan budaya, jadi dirinya menegaskan bahwa Amien Rais bukan tokoh maupun bapak reformasi.
Kata dia, justru yang punya andil dalam menggulingkan rezim Soeharto adalah mahasiswa. Disebutkannya, minimal ada dua hal terkait reformasi, penjatuhan Soeharto dan soal memperbaiki.
“Apakah Amien menjatuhkan Soeharto? Apakah dia memperbaiki? Kan enggak juga,” ucap dia lagi.
Dikatakan Sri Bintang Amien Rais justru merusak dengan melakukan amandemen. “Bikin orang-orang asing pada masuk Indonesia, meskipun orang-orang itu sudah masuk sejak era Soeharto,” tuturnya.
Lebih jauh, Sri Bintang membeberkan posisi letak pengkhianatan Amien yakni saat melakukan perubahan UUD 45. “Ada campur tangan asing di situ. Ada nama-nama tokoh lain juga di sana, yang tanda tangan. Saya punya tanda tangan mereka masing-masing,” bebernya.
Dia pun membeberkan alasan dirinya tak sepakat dengan amandemen UUD 45 diantaranya adalah MPR tak lagi berfungsi. “Syarat jadi presiden dan wakilnya diubah, yang harusnya orang Indonesia asli, kini jadi lebih longgar. Pasal 33 pun diubah. Pasal itu ditambahkan poinnya sehingga maknanya hilang. Unsur DPA juga dihilangkan. Pada zaman SBY, DPA menjelma menjadi Wantimpres. Dan beberapa lagi,” terang dia.
“Lihat saja pasal kekayaan alam, pasal 33, yang diubah. Sistem kekeluargaan diganti dengan sistem individual. Ini kan gaya barat. Sehingga makna dari UUD 45 asli yang punya cita-cita adil dan makmur itu jadi buyar,” sebut Sri Bintang lagi.